paranoid si peniup seruling

masih ingatkah kamu
pada si peniup seruling itu
yang punya not-not muzik yang indah
yang menerbangkan jiwamu dengan alunan iramanya
dia yang menari-nari sambil bersiul lagu kegemaran
dia yang datang ingin hulurkan bantuan

aku pasti,
siapa yang melihat akan curiga
"benar-benarkah dia wira?"
"benar-benarkah dia saviour kita?"
"benar-benarkah musuh ibu bisa dihapuskannya?"

dia katakan dia bisa membantu
cuma aku perlukan sedikit bantuan kamu-kamu semua

aku cuma mahukan sedikit makanan
supaya kotak muzikku sentiasa bisa berkarya

owh, dan aku juga pingin ucapan TERIMA KASIH yang paling ikhlas dari kamu...
bisakan?

apa saja wahai si peniup seruling
asal saja musuh ibu di dapur itu bisa dimusnahkan
dia makan, makanan masakan ibuku...
dia makan, simpanan makanan yang ayahku belikan untuk ibu masak
dia makan, leftover yang nenek tak bisa habiskan
dia juga makan candy warna-warni pemberian atukku yang kusimpan sebab sayang untukku makan...

eh, peniup seruling tahukah kamu masakan ibuku masakan yang terbaik didunia???

dengan bekalan semangat yang waja
si peniup seruling pun mula meniup seruling ajaibnya

keluarlah semua musuh-musuh ibu yang membawa penyakit itu
cik dan encik T yang ekornya berselirat
telinganya panjang
badannya hitam
mereka keluar mengekori alunan irama si peniup seruling
beribu-ribu bilangannya sehingga jijik untuk dijelaskan

dan seperti yang dijanjikan
si peniup seruling menghapuskan semuanya makhluk jijik itu
dengan memandikan mereka ke dalam jeram yang dalam

matilah mereka dengan kekotoran dunia

dan pulanglah si peniup seruling ke kota itu
dengan harapan hajatnya kesampaian

perut keroncong dia abaikan
"sabar ya perut yang baik, sebentar lagi kita terima habuan kita..."

sampai-sampai di kota
pesta yang menantinya

"baik sungguh penduduk kota ini... sampai berpesta meraikan kita" kali ini perut pun tak mampu berdiam lagi

namun sungguh tidak seperti yang disangka
terabailah si peniup seruling dengan kegembiraan penduduk kota
yang sudah tiada lagi musuh mereka

tiada makanan untuk perutnya
tiada minuman untuk tekaknya
apa lagi ucapan terima kasih untuk hatinya

TIADA

kecewanya lah hati si peniup seruling

tapi peniup seruling ini bukanlah seperti peniup seruling yang di dalam buku cerita kanak-kanak itu
yang menghanyutkan anak-anak penduduk kota yang mungkir janji

bukan dia

BUKAN

ini si peniup seruling yang kecewa
tapi tak mampu berbuat apa-apa
kerana jiwanya suci
hatinya putih
darahnya jernih

tapi dunia fantasinya sudah tercemar dengan kebohongan orang lain
ilusinya buntu dengan kata-kata kosong manusia lain

apa yang dia inginkan cuma sedikit
cuma sedikit makanan untuk perut yang kehilangan angin akibat meniup irama tadi
cuma sedikit air untuk tekaknya yang kering akibat mendendangkan lagu tadi
dan sedikit ucapan terima kasih yang paling indah dari mulut busuk si pembohong tadi

yang dia dapat cuma kosong

kosong perutnya
kosong juga inti otaknya

lalu dia pergi

sembunyi dalam kloset dan berkarya dalam sunyi

membawa hati yang kini telah paranoid pada dunia